Langsung ke konten utama

Degistubus Non Est Disputandum

         “AKU KOMPETITIF KITA PROGRESIF”
          (Degistubus Non Est Disputandum)
Di dalam sebuah ranah dan realita kehidupan yang ada di dunia ini sangat beragam macam corak pemikiran dan sifat manusia. Baik manusia yang memilih sendiri akan tetapi pasti dan ada juga manusia yang berkelompok itu jauh lebih pasti. Di ruang lingkup perkuliahan ataupun keorganisasian tidak sedikit kita menemui individu yang seperti ini sifatnya, kita tidak bisa menyalahkan orang yang memilih jalan yang pertama yang saya tuliskan di atas karena tuhan juga memberikan wacana dinamika kehidupan ini yang beragam. Dan kita juga jangan menyalahkan kehidupan yang selalu berkelompok karena pada dasarnya juga kitamelihat dari kaca mata social bahwa manusia adalah zoon politicon, makhluk yang memerlukan orang lain untuk kelangsungan hidupnya.
Mengenai kata “AKU KOMPETITIF KITA PROGRESIF”, penulis menafsirkan dengan tafsiran pengetahuan yang sangat minim, bahwa Aku Kompetitif dapat kita maknai bahwa kita bisa melakukan hal yang baik dengan sendirian atau personal, kita juga dapat bersaing dengan menggunakan badan dan akal pikiran kita sendiri. Dan sedangkan dari kata Kita Progresif, dapat kita ambil dan tarik sebuah makna yang berarti dari gabungan individu yang dapat berkompetisi apabila di padukan dalam suatu komunitas dan kelompok maka akan jauh leih baik dari pada sebelumnya, secara logika atau kita analogikan seperti kita akan mengambil sebuah buah marqisa yang sangat banyak,seperti kita ketahui buah marqisa itu terletak di setiap cabang dan cabang dari pohon marqisa itu sangat banyak. Kita sendiri bisa mengambil banyak buah dengan cara kita, tapi ketika ada tiga orang yang ingin mengambilnya maka kita yang sendiri itu akan kalah dengan yang bertiga ini, karena apa, karena yang bertiga ini membagi tempat atau job nya masing-masing dan akan focus dengan job nya.
Akan tetapi hal yang sendirian itu perlu kita lakukan, layaknya seorang pahlawan atau actor di belakang layar kemerdekaan Bangsa Indonesia yaitu Bapak TAN MALAKA, dalam sejarah beliau di tangkap ketika gencar-gencar nya perang geriliya yang dikomandai oleh Panglima Besar TNI Jendral SOEDIRMAN. Bukan kah mereka bersama sama dengan sebuah kekuatan ingin memerdekakan bangsa Indonesia? Akan tetapi apakah Tan Malaka juga seperti itu? Dan akhirnya nama Tan Malaka juga di kenang dalam sejarah. Ketika peristiwa Tan Malaka menyamar nama di Jepang untuk mencari informasi dan mata mata, pada saat itu pemerintahan di Indonesia tidak mengetahui bahwa itu adalah Tan Malaka.
Dari segi pandangan islam bahwa persatuan termasuk dari maqashid syar’iyyah (tujuan syariat) yang terpenting dalam agama islam dan rasululullah juga menyerukan suatu persatuan dalam segala lini. Di dalam surah AL IMRAN : 103 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alla, danjangan lah kamu bercerai-berai”. Dan rasulullah juga mengatakan dalam suatu hadisnya bahwa “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebaguannya menguatkan yang lainnya”.
Dapat kita maknai bahwa walapun kita sendiri dapat mengubah dunia mu akan tetapi belum tentu dapat mengubah dunia banyak orang. Walapun kita sendiri dapat bersaing dan bahkan lebih, aka tetapi halnya suatu kebersamaan dapat menimbulkan suatu cerminan yang baik dari akal dan pikiran kita. Dan saya juga setuju akanapa yang di lakukan oleh Tan Malaka untuk bangsa ini, dari materi yang pernah di sampaikan oleh Sahabat Makmun Satrio mantan ketua Komisariat PMII Sunan Ampel Malang bahwa pemikiran Tan Malaka tidak pas untuk di terapkan dalam era dan konteks mahasiswa sekarang, tapi kalau menurut saya pas bagi saya dan mungkin bagi yang lainnya akan tetapi di bungkus dengan keadaan yang sekarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH "SEJARAH PERADILAN PADA MASA BANI ABBASIYAH"

MAKALAH SEJARAH PERADILAN ISLAM “Sejarah Peradilan Bani Abbasiyah” Di Sususn Oleh: Ilham Fakhrun Aulia (16210026) Dosen Pengampu: Erfaniah Zuhriah, S,Ag. M.H UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SYARIAH JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM 2016/2017 KATA PENGANTAR             Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan Rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradilan islam. Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua maupun teman-teman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mampu memperluas pengetahuan mengenai Peradilan P

DEMOKRASI MANIPULASI

DEMOKRASI TOPENG MANIPULASI DI NEGERI INI Kita mengetahui bersama  kata ‘’DEMOKRASI” adalah sebuah kata yang tidak lagi asing di telinga kita, seakan kata demokrasi merupakan sebuah makanan pokok yang setiap harinya harus kita konsumsi.  Dari dahulu sampai sekarang ketika kita di tanyai tentang apa sih DEMOKRASI??, kita pasti menjawab “Demokrasi adalah dari rakyat Oleh rakyat Untuk rakyat”. Hidup Rakyat!!!. Eh ini mau demo atau apaan ya. Hehe. Sorry cuy khilaf, kita lanjut lagi ke yang atas. Kalau demokrasi di artikan dengan pemahaman yang lurus lurus aja ni berarti, semua rakyat  membuat hukum, memutuskan hukum, terus dia yang di hukum. Gitu ya? So pasti nggak dong . Kebanyakan di Negara yang menganut paham demokrasi menerapkan TRIAS POLITICA. Trias Politica bukan nama orang loh. Hehe akan tetapi  Trias Politica adalah system pemerintahan yang di dalam nya ada Legislatif, Eksekutif dan juga Yudikatif. Layaknya di Indonesia, Rakyat mempunyai  wakil di pemerintahan yakni DPR (D

Agama Dan Budaya

Agama Dan Budaya Dalam Pergumulan Sosial Pendahuluan             Keyakinan manusia yang mengarah kepada praktek mempersonifikasikan alam sebagai tuhan ( mitoligi alam ), mempersonifikasikan roh-roh leluhur sebagai tuhan ( animsme), maupun meyakini benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan magis( dinamisme ), tidaklah bisa dihindari lagi. Sekalipun dalam keyakinan mereka yang paling dalam tetap mengatakan bahwa perilaku ini tidaklah berarti politeisme atau sirik, karena adanya tuhan yang maha esa, bagi mereka tidaklah disangkal. Karena itu, manusia bisa saja menyembah benda-benda hidup, tumbuhan, berhala, tuhan yang ghaib, seorang manusia yang kudus, atau suatu karakter yang jahat. Manusia bisa saja menyembah yang mereka miliki, namun dalam batin mereka tetap mampu membedakan keyakinan-keyakinan religious itu dari yang bukan religious. Sebab dorongan manusia untuk menyembah tuhan merupakan suatu keniscayaan yang pasti. Mayoritas manusia, baik terus menerus maupun sesekali saja,